Selasa, 24 Maret 2009

BE YOURSELF! (Belajar dari dunia anak-anak)

BE YOURSELF! (Belajar dari dunia anak-anak)

“Anak-anak adalah
proyek terbesar dalam hidup saya”
(Ir. Much. Fadhlan)


Saya bersyukur Allah SWT terus membimbing saya dengan mempertemukan saya dengan beberapa orang yang punya prinsip hidup dan berpegang teguh dalam menjalani prinsipnya, pertanda Allah masih sayang dan terus menunjukkan kebenaran. Juga Allah menuntun saya untuk bertemu buku-buku bacaan yang berkualitas serta kejadian demi kejadian yang saya rasakan dan temui yang merubah dan mempengaruhi pola berpikir dan menambah literature, experience serta wawasan saya.

“Robbi zidni ‘ilman warzuqna fahman” ( Ya Tuhanku… tambahkanlah wawasan keilmuanku dan berikanlah daku pemahaman tentang makna hidup ini). Charles “ Tremendous” Jones, Presiden Direktur Life Management Services, Inc. mengatakan : “ Anda yang sekarang akan sama seperti anda yang lima tahun mendatang kecuali untuk 2 hal; orang-orang… yang anda temui dan buku-buku yang anda baca.”

Saudara…, kali ini anda akan saya ajak untuk sama-sama mengambil ‘ibroh dari beberapa orang sahabat yang Allah pertemukan dalam perjalanan da’wah saya dalam mendidik putera-puteri mereka. Yang Pertama; kakak sekaligus sahabat dan guru saya Ust. Drs. Muhammad Alfian Tanjung, beliau adalah seorang akademisi yang dibesarkan oleh organisasi dan pergerakan Islam fundamental, aktifis da’wah haroki yang berpenampilan sederhana, da’i yang keras dan berani terutama apabila menyinggung masalah kristenisasi dan komunisme dengan analisanya yang cerdas dan mengena bahkan terkadang membuat kelompok palangis dan kelompok kiri kebakaran jenggot karena beberapa grand plann rahasia mereka tercium dan terbongkar oleh dosen salah satu perguruan tinggi swasta terkenal dikawasan Jakarta Selatan ini.

Namun dibalik itu semua ia adalah seorang suami dan ayah yang lembut dan penyayang kepada keluarga terutama anak-anaknya yang masih dalam masa pertumbuhan; Muhammad Ayatullah Al-Banna (Aban), Muhammad Iqbal Al-Maududi (Iqbal), Fatimah Az-Zahra (Zahra) dan si bontot Zainab Al-Ghazhali (Zainab). Nama-nama mereka menggambarkan cita-cita dan perjuangan orang tuanya. Mereka adalah calon-calon mujahid yang dipersiapkan orangtuanya tanpa harus merusak kebahagiaan masa kanak-kanak mereka. Bang Alfian –demikian teman-teman aktifis HAMMAS menyapanya- mendidik dengan teladan bukan hanya sekedar ajakan sebagaimana Rasulullah SAW yang sangat ia idolakan- pernah mendidik putera-puteri dan para sahabatnya.

Sahabat saya berikutnya ialah Ir. Muchammad Fadhlan, mantan pengusaha kontraktor yang kini menekuni usaha meubel di Semarang. Ia dan istreinya sama-sama ‘tukang insinyur’ –istilah dalam sinetron si Doel anak sekolahan-, bagi sahabat saya ini, anak-anak adalah proyek terbesar yang Allah berikan kepadanya, mereka punya trik tersendiri, role-role yang disepakati bersama dan tips-tips menarik yang bisa kita jadikan contoh dalam mendidik ketiga puterinya yang manis-manis dengan nama-nama yang unik dan futuristic yang mencerminkan do’a dan harapan dari kedua orangtuanya agar edukasi, pemikiran, wawasan, bisnis dan karier mereka mengglobal tanpa harus mendikte cita-cita mereka; yang pertama Griselda Syifa’ul Qulbi (Elda), yang kedua Marvela Wasi’atul Latifah dan yang ketiga Alethea ‘Alimul Zahidah (Thea).

Terkadang saya dibuat ‘godeg-godeg’ oleh kelakuan ketiga puterinya ini terutama si ‘endu kriwil (Thea)’ yang kerapkali nanyain siapa nama dan dimana rumah saya, mba Vella yang aktif dan agresif banget, banyak bertanya juga ide dan pendapat-pendapat yang terkesan dewasa namun terkadang usil sama adiknya, dan mba Elda, kakak tertua yang pendiam dan kerapkali mengalah dengan adik-adiknya. Mereka saling mengontrol dan menegur bila salah satu dari mereka melanggar role-role yang telah mereka sepakati, kalimat terima kasih selalu keluar dari mulut mungil mereka bila ada seseorang memberikan sesuatu dan permohonan maaf selalu mereka lakukan bila mereka berbuat kesalahan kepada seseorang sambil senyum manis, merekapun mau memaafkan bila ada yang minta maaf. Tradisi yang kadang orang dewasapun sulit untuk melakukannya, karena gengsi, egois dan keangkuhan telah merasuk kedalam jiwanya.

Bila tradisi nasehat-menasehati, memberi dan berterima kasih dan maaf memaafkan tersebut kembali membudaya di tengah-tengah masyarakat kita, maka rahmat Allah akan turun ke negeri tercinta ini, ‘no gondox on’ antar pemimpin, antar lembaga, antar ulama, antar tetangga, antar suku, antar ras, antar bangsa dan antar seluruh anak manusia: “ …dan iringilah kejahatan orang kepadamu dengan kebaikan yang setimpal ” (Al-Hadits), Orang jawa bilang :“ suroh diro jayadningrat, leburdening pangastuti”; Biarpun kita dijelek-jelekin orang, lawanlah dengan kebaikan. Indah sekali hidup didunia ini bila masing-masing orang punya prinsip demikian.
Salam wisatahati,
Ustadz Ahmad Jameel

Tidak ada komentar: